Rabu, 27 Mei 2015

Sebelum kau melempar granat

Aku bertanya-tanya selama menulis ini. Aku pernah kejatuhan buku dari langit, buku itu berwarna seperti madu, manis sekali. Siapa yang tidak ingin memungutnya? Aku berpikir bahwa itu mungkin anugerah. Aku memungutnya, mendekapnya, dan membelai judul buku yang tertera disana yang tak lain adalah sebuah nama. Aku tersenyum saat buku itu jatuh begitu saja, tepat di depanku. Tepat sasaran. Waktu itu aku memang sedang ingin membaca buku. Lalu aku berjalan mengelilingi sebuah kastil tua yang didepannya ada pohon coklat. Aku suka berteduh dibawahnya. Apalagi saat cuaca sedang hangat begini, cuaca favoritku. Aku bertemu dengan seorang gadis cantik yang entah datang dari mana, berkata “Jangan hanya makan coklat. Pulanglah, dan nikmati buku barumu.” Lalu dia menghilang begitu saja. Aku sama sekali tidak takut. Bukankah sudah biasa seseorang datang dan pergi? Lalu aku segera beranjak dan pulang kerumah. Tiba-tiba langit mendung, sebentar lagi akan turun hujan. Segera aku meluncur ke kamarku dan duduk di kursi kayu dan meletakkan buku manis itu di meja. Aku membolak-balik buku itu, ragu. Kubaca judulnya sekali lagi, aku menghela nafas dan membukanya. Di halaman pertama berisi peringatan. AKU BUAS DAN KAU HARUS BERSIAP-SIAP. Keningku berkerut, apa maksudnya ini? Sebuah ancaman? Bukankah buku ini jatuh dari langit? Oke, aku tidak ingin bermain teka-teki sekarang. Lalu kubuka halaman selanjutnya. APA KAU SIAP? TULIS NAMAMU DIBAWAH INI DAN AKAN KUBERI TAHU NAMAKU. Kok jadi kayak film Harry Potter and the Chamber of Secrets? Dimana Harry menemukan sebuah buku harian Tom Riddle yang ternyata adalah Lord Voldemort. Waktu itu Harry menulis dengan pena bulunya “Can you tell me about the chamber of secrets?” dan tulisan itu meresap lalu menghilang. Detik berikutnya sebuah kalimat tiba-tiba muncul di buku itu “No. But I can show you”. Aku jadi berpikir banyak hal tentang ini. Jika buku ini mirip seperti itu, berarti ini permainan. Mungkin semesta sedang menghukumku. FYI, aku seorang muggle yang tidak bisa menyihir. Lalu aku menulis di buku itu, bukan menulis namaku, melainkan “Bisa kau jelaskan padaku tentang cinta?” Ajaib, tulisan itu menghilang. Mungkin buku Tom Riddle itu benar adanya. Hanya saja itu ada di lingkungan Hogwarts yang penuh penyihir. Tapi kini buku semacam itu ada di dunia muggle. Lalu pemilik buku manis itu menjawab “Tidak. Tapi aku bisa menunjukkannya padamu.” Kali ini aku benar-benar menganga maksimal. Jawabannya sama seperti jawabannya Tom Riddle! Jantungku berdegup kencang, wow ternyata  ada sedikit sihir di dunia muggle.


Akhirnya aku mengikuti permainan si pemilik buku manis itu. Saling melontarkan dan menjawab pertanyaan. Bahkan aku pernah ditariknya masuk ke dalam buku itu dan bertemu dengan si pemilik buku manis itu. Biar ku deskripsikan, dia seorang pria yang wajahnya sangat manis, hidungnya mancung, matanya lebar,warna  kulitnya seperti sampul buku itu, dan memiliki senyum menawan. Setidaknya itu kesan pertamaku. Oh iya, dia seorang penyihir. Penyihir yang memiliki kulit sewarna madu, manis sekali :) Hari berganti hari, bulan berganti bulan, aku mulai jatuh cinta pada penyihir itu. Sangat tidak tahu diri. Seorang muggle jatuh cinta pada penyihir? Sebenarnya itu bukan masalah besar. Yang jadi masalah, aku tidak punya kekuatan. Tongkat-tongkat sihir yang dijual itu tidak ada yang cocok untukku meskipun aku memaksanya. Jelas, aku tercipta sebagai orang yang tidak istmewa. Aku pasrah, aku tidak punya apa-apa. Tongkat sihir, sapu terbang, ramuan-ramuan keberuntungan, semua aku tak punya.  Aku hanya hafal satu mantera mematikan “Avada Kedavra” yang  jika seseorang mengayunkan mantera itu kepada musuh, musuh itu akan langsung mati. Menarik, tapi tidak akan pernah berhasil jika yang mengayunkan mantera itu adalah aku. Banyak orang bilang, tidak ada penyihir yang baik. Dalam hati aku menyangkal pernyataan itu. Muggle pun tidak ada yang benar-benar baik. Semua sama saja, bukan? Tapi ada benarnya juga, penyihir baik pun bisa membunuh orang dengan sekali ayunan mantera. Mereka hafal berbagai macam mantera yang bisa menjatuhkan, menggores luka di sekujur tubuh, bahkan membuat orang melambung menjadi asap di udara alias mati. Bagaimana dengan pria berkulit madu itu? Pria yang sudah menunjukkan padaku segala hal tentang cinta dan sudah berhasil membuatku mencintainya? Biar bagaimanapun dia juga seorang penyihir. Bisa saja dia menggunakan sihir di dunia muggle meskipun itu terlarang. Lantas apa maksudnya menunjukkanku segala tentang cinta? Dia bisa saja menyembunyikan tongkat sihir dibalik mantelnya dan siap kapan saja memanteraiku. Astaga benar sekali, dia bisa membunuhku. Mengucapkan mantera mematikan yang sudah pasti dia hafal diluar kepala itu akan segera membuatku langsung menghembuskan nafas terakhir. Mengapa aku tercipta sebagai seorang muggle? Aku tidak punya senjata apa-apa saat menghadapi seorang penyihir walaupun aku mencintai penyihir itu. Aku tidak tahu harus berlari kemana jika mantera itu ditujukan padaku. Aku tidak tahu harus bersembunyi dimana saat mantera “Avada Kedavra” diayunkan kearahku. Dan aku hanya bisa memeluk buku bersampul warna madu itu dan berdoa semoga dia bukan penyihir yang jahat. Ah, andai aku bisa membuatnya gila oleh ramuan cinta. Sayangnya, aku hanya seorang muggle.

Anita Putri

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.