Aku masih duduk menghitung waktu, yang entah sudah berapa
juta detik, yang kukira kamu ikut menghitungnya disampingku, ternyata kamu
hanya duduk manis sambil melihat apa atau siapa yang ada dibelakangmu. Jadi
selama ini aku menghitung sendiri sedangkan kamu hanya duduk manis sambil
tersenyum yang bukan ke arahku? Ya Tuhan, sebenarnya permainan apa lagi yang
sedang terjadi? Aku sudah menghitung hingga jutaan detik dan perlahan membuatku
yakin bahwa kamu tetap duduk disini tanpa pergi lagi. Kukira kamu adalah lautan
yang sudah bersih tanpa lumut-lumut yang terlihat menjijikkan di permukaan. Ternyata
lumut yang selama ini terlihat hanya mengendap sementara di dalam lubuk hatimu
dan menyembul marah ke arahku bahkan sebelum aku menyentuhnya. Aku tetap diam
tanpa berlari. Membiarkan lumut-lumut murka tepat didepan wajahku, lumut-lumut
yang dulunya memang sudah sering menyakitiku, dan membiarkannya menyiksaku
hingga puas. Aku bahkan tidak tahu harus menumbalkan apa lagi agar kamu
berhenti datang dan pergi tanpa melihat sudah berapa banyak luka yang kamu
ciptakan.
Kini aku menulis cerita tentangmu, lagi. Dengan rasa sakit
yang tetap sama. Entah ini rasa sakit yang sama atau lebih sakit, aku tidak
begitu yakin. Saking terbiasanya. Aku masih tidak bisa berpikir bagaimana bisa
aku tidak menyadari bahwa kamu bersandiwara di belakangku, bagaimana aku tidak
bisa berpikir jernih saat kamu tiba-tiba datang lagi sebagai penyembuh luka, bagaimana
aku sama sekali tidak berpikir bahwa mungkin saja kamu datang hanya untuk
menggores luka yang semakin sakit dari sebelumnya, dan mengapa aku begitu mudah
percaya dengan semua yang kamu katakan? Bahkan dengan memberi harapan yang
pasti saat datang, kamu masih menganggap seolah aku hanya pilihan yang kamu
letakkan di nomor sekian. Lantas akan sejahat apa kamu jika tidak memberi harapan
yang pasti? Aku bahkan tidak bisa menebak-nebak apa sebenarnya isi tempurung
kepalamu itu, siapa dan apa yang ada disana, rencana manis atau busuk apa, atau
bentuk struktur isi kepalamu hingga tidak pernah kehabisan ide untuk membuatku
jatuh cinta berkali-kali lalu menyakitinya? Aku merasa seperti orang bodoh
karena jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang juga memberiku luka berkali-kali.
Dan seringkali kamu datang lagi sebagai penyembuh luka. Lucu? Iya. Memang
mujarab sekali jika kamu yang datang, karena memang aku mencintaimu. Bukankah
seseorang akan bisa melupakan rasa sakitnya jika bersama orang yang
dicintainya?
Sekarang aku mendapatkan satu kepastian: kamu berubah dan
semakin parah. Perubahan yang membuatku merasa bodoh dan tidak tahu harus
mengambil langkah apa lagi di depanmu. Dalam waktu sesingkat ini kamu sanggup
menjadi sosok yang menyenangkan sekaligus menyakitkan. Padahal dulu jika aku
ditanya seperti apa tipikal pria baik itu, aku menjawab bahwa pria baik itu
adalah kamu. Ternyata kamu berubah begitu banyak setelah sekian lama, entah apa
dan bagaimana hal itu membuatmu terasa berbeda dimataku. Rasanya jauh dan
hambar. Oke, memang manusia tidak mungkin selamanya sama. Bisa saja orang
berubah banyak apalagi dalam waktu yang lama. Aku juga akan berubah menjadi
orang yang tidak merasakan apa-apa saat memikirkanmu. Aku akan mulai berperan
menjadi orang asing yang tidak ada dalam daftar pilihanmu. Ya, seiring berjalannya waktu. Terima kasih sudah membuatku menjadi lebih dewasa. Terima kasih telah membuatku berantakan. Aku mencintaimu, dan
kamu kehilangan aku.
0 komentar:
Posting Komentar