Selasa, 28 April 2015

Tulisan terakhir untukmu

Untukmu, orang yang pernah kuberikan hatiku seutuhnya

Entah apa yang kupikirkan saat memulai entri ini, tapi aku ingin menulis tentangmu kali ini. Dulu, mulai tahun 2011 hingga 2014, namamu selalu ada dalam tulisanku. Jemariku tak ada bosannya menari diatas kertas menulis cerita tentangmu. Entah sudah berapa tetes air mata yang sudah mengering dan membekas di kertas-kertas usang itu. Kertasnya masih ada, masih sering kubaca. Kusimpan rapi sebagai kenangan lama, bersama kenangan-kenangan tentangmu yang lain. Aku begitu kalut saat itu, terbawa perasaan begitu dalam hingga menangis semalaman hanya karena sosok kamu. Tulisan-tulisan untukmu yang masih kusimpan itu, kuanggap sebagai curahan hati yang kamu tidak pernah tahu. Luapan isi hati yang tidak pernah meledak dihadapanmu. Kamu tahu? Tidak pernah sehari pun terlewatkan tanpa memikirkan kamu. Aku yang tak kamu beri kabar ini selalu mencari tahu, tanpa kamu tahu, tanpa orang lain tahu. Aku begitu bahagianya saat pesan singkatmu tiba-tiba hadir di suatu malam. Entah itu berupa sapaan atau menanyakan kabar. Hal sekecil itu membuatku semakin memikirkanmu dan semakin aku terpenjara, tidak bisa bergerak, tidak mau membuka pintu untuk tamu lain selain kamu. Dan begitu terus hingga bertahun-tahun. Hingga sekarang pun aku tidak tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Kamu menunjukkan isyarat cemburu saat aku bercerita tentang seseorang yang mendekatiku. Kamu selalu meminta doaku saat kamu berjuang dalam cita-citamu. Kamu masih melibatkan aku. Tapi setelah itu kamu pergi, entah kemana. Tanpa kabar, tanpa kamu sadari bahwa apa yang kamu lakukan itu membuatku berantakan dan tidak bisa bergerak menjauhimu. Aku mengambang dalam harapan yang tidak jelas, kamu tidak pernah datang dan menetap. Siapa dan apa yang sebenarnya kamu inginkan? Itu pertanyaan terkuat yang berusaha kutahan sekuat mungkin.

Berjuang sendirian itu menyakitkan. Kamu tahu pasti itu. Saat kamu memberiku harapan di akhir tahun kemarin, sungguh membuatku lemah dan terus-menerus berdoa tentang kita. Kita. Karena kukira kita memiliki harapan yang sama. Ternyata harapanku dan harapanmu beda. Kamu pergi lagi setelah itu, entah pergi ke hatinya siapa. Seperti biasa, aku begitu hancur. Aku masih tetap menunggumu, hingga Tuhan mengalihkanku ke jalan lain. Ada seseorang yang hadir menawarkan perhatian. Dia yang kuanggap spesial saat ini. Jalan ceritanya hampir mirip dengan awal perkenalan kita dulu. Kamu dulu datang saat aku kalut, menawarkan uluran tangan dan meminta ijin untuk menemaniku. Aku menerima uluran tanganmu, dan tanpa aku tahu apa maksudmu sebenarnya. Dia ini... datang saat aku ditengah-tengah kalut karenamu. Dalam sorot matanya menyiratkan "semua baik-baik saja" yang menenangkanku. Aku membagi perasaanku padamu untuknya, yang aku tahu pasti dia lebih mendominasi saat ini. Dia berhasil menarik perhatianku, dia bisa menggantikanmu. Itu artinya aku akan mencintainya sedalam aku mencintaimu, mungkin juga lebih. Tapi aku ingin mencintai sewajarnya. Darimu aku belajar sesuatu. Bahwa tidak seharusnya aku memberi perasaan seutuhnya saat ditengah-tengah penyelaman, karena tidak tahu apa yang akan terjadi saat aku sudah menyelam jauh. Jadi saat ini aku masih berkeliling menyelaminya. Aku hanya ingin berjuang bersama, tidak sendirian. Luka-luka yang kau goreskan sudah hampir sembuh karenanya. Tapi tetap saja, aku tidak tahu seperti apa rencana Tuhan mempertemukanku dengannya. Aku menyerahkan semua jawaban pada dimensi waktu.

Dan untukmu, never be blue. Berbahagialah untukku.

Dariku,
orang yang sudah menemukan lautan baru.

Anita Putri

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.